Tendang Virus HIV dengan Konsumsi Pare
Juni 01, 2019
Koesrow - Apa yang ada dibenak Anda ketika mendengar nama pare? Pasti rasanya yang pahit sekali. Pare memiliki nama latin Momordica charantia merupakan sayuran yang berasal dari daerah tropis di India. Buah berbentuk bulat memanjang dengan 8-10 rusuk memanjang, berwarna hijau, berbintil-bintil tidak beraturan, dan yang pasti rasanya pahit sekali.
Pare menjadi sayuran populer di China, Taiwan, Vietnam, India, dan Filipina. Pare biasanya dimasak dahulu sebelum dimakan. Di negara manapun pare selalu digunakan sebagai obat. Kandungan vitamin C dan zink pada pare tergolong tinggi.
Pare mengandung fixed oil, senyawa menyerupai protein insulin (polipeptida P atau insulin sayuran), glikosida (momordin dan charantin), alkaloid (momordicine), elasterol, hydroxytryptamine, asam folat, vitamin (A, B1, B12, C, E), mineral (zink, kalium, kalsium, magnesium, zat besi, fosfor, mangan, tembaga), pantothenic acid, lutein, likopen, dan serat.
Daun pare mengandung momordicine, momordin, charantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin (A dan C), dan lemak yang terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan L.oleostearat. Sedangkan biji pare mengandung momordicine dan MAP30.
Pare cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar gula darah. Kandungan peptida pada pare menyerupai insulin yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan urine. Cara kerjanya yaitu dengan meningkatkan keluarnya insulin oleh sel beta pankreas.
Kemudian terdapat zat aktif berupa charantin yang kemampuannya lebih kuat dibanding tolbutamide dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Prof. Lee Huang dari Universitas New York telah menemukan protein antivirus pada buah, biji, dan daun pare. Protein ini terbukti mampu menghambat virus HIV pada T limfosit dan monosit. Selain itu, dapat menghambat replikasi virus pada sel yang telah terinfeksi.
Pada tahun 1996, peneliti tersebut memberi penemuannya dengan sebutan “MAP 30”, yaitu protein yang diisolasi dari ekstrak buah dan biji pare.
Para pengidap virus HIV di Thailand dan Amerika yang mendapat terapi pare tampak lebih sehat dan berat badannya meningkat. Para ahli di dunia medis optimis bahwa dalam 10 tahun ke depan, akan ditemukan obat untuk memerangi virus HIV.
Selain HIV, ternyata pare dapat mencegah dan mengatasi kanker payudara. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University of Colorado, Amerika Serikat. Hasilnya, buah pare diketahui mengandung substansi yang dapat menghentikan pertumbuhan dan mematikan sel kanker.
Penelitian juga dilakukan oleh peneliti dari Jepang yang melakukan penelitian terhadap tikus. Sel kanker disuntikkan ke dalam perut tikus tersebut. Kemudian tikus diberi ekstrak pare.
Hasilnya, sel kanker yang disuntikkan berhenti berkembang. Khasiat ini diperoleh dari zat lesichin yang terkandung dalam pare.
Di India, tanaman pare digunakan untuk pengobatan wasir, perut nyeri dan kembung, demam, infeksi cacing, dan penyakit kulit terutama kudis.
Baca Juga: Turunkan Kolesterol dengan Konsumsi Makanan-makanan Ini
Baca Juga: Turunkan Kolesterol dengan Konsumsi Makanan-makanan Ini
Cara Pemakaian
Pilih pare yang belum matang. Pare dapat diolah dengan cara direbus, dikukus, dijus, atau ditumis. Untuk mengurangi rasa pahitnya, rendam pare yang telah dipotong-potong ke dalam air garam atau direbus sebentar dengan air garam.
Untuk pemakaian di luar tubuh, daun pare digiling halus lalu dibubuhkan pada kulit yang mengalami luka bakar, bisul, abses, eksim, scabies (kudis), luka gigitan serangga, biang keringat, menyuburkan rambut bayi, dan melancarkan keluarnya ASI.
Namun, perlu diperhatikan bahwa kurang baik mengonsumsi buah pare secara berlebihan, karena dapat menyebabkan rasa nyeri di perut ataupun diare. Walaupun pare relatif aman dikonsumsi dengan dosis rendah, tetapi pemakaian lebih dari 4 minggu tidak dianjurkan.
Sebaiknya ibu hamil tidak mengonsumsi pare maupun daunnya, karena mengandung zat aktif yaitu alpha dan beta monorcharins yang dapat menstimulasi rahim dan menyebabkan keguguran.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda. Terima kasih....