-->

Kw Header



Hubungan Antara Amarah dengan Jantung dan Kolesterol

Bahaya dan hubungan amarah dengan penyakit seperti jantung dan kolesterol.

Koesrow - Apakah Anda sering marah-marah? Apa yang membuat Anda marah? Sebaiknya tahan amarah Anda karena amarah dapat memicu penyakit.

Perasaan kesal dan marah biasanya disebabkan oleh suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Misalnya, ketika kita punya harapan besar untuk diterima kerja. 

Namun, ternyata kita belum diterima kerja. Walaupun di dalam hati menyimpan amarah, sebaiknya Anda berusaha menerima dengan lapang dada dan menahan amarah Anda. Alangkah baiknya jika kita instropeksi dan memperbaiki diri lagi dan mencari kesempatan di tempat lain.

Para psikolog menyarankan agar kita tidak marah secara berlebihan, agar tidak sampai diperbudak oleh amarah. Selain itu, ternyata amarah memiliki dampak negatif terhadap kesehatan. Dampak negatif tersebut antara lain memicu tekanan darah naik, kadar kolesterol meningkat, depresi, dan masalah jantung.

Dampak Terhadap Kolesterol

Kolesterol sendiri sudah tidak asing di telinga kita. Salah satu faktor kolesterol adalah makanan. 

Banyak makanan enak dan nikmat justru merugikan tubuh karena mengandung kolesterol. Mungkin makanan yang sehat justru dihindari karena kurang menggugah selera makan dan rasanya kurang sedap.

Di antara kita, hal ini mungkin menjadikan diri menjadi serba salah. Jika makan makanan yang sehat kurang nikmat, namun jika makan makanan yang enak justru mengancam kesehatan. 

Namun, semuanya kembali pada diri kita masing-masing mau memilih yang mana.

Kolesterol secara alami diproduksi oleh organ hati (liver). Kolesterol merupakan zat sejenis lilin yang terdapat pada sel tubuh dan diperlukan oleh manusia yang masih hidup. Kolesterol dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi, terutama makanan dari hewani.

Namun, percayakah Anda jika amarah merupakan pemicu naiknya kadar kolesterol? 

Salah satu studi melakukan suatu pengamatan terhadap 103 orang dewasa sehat berusia 25-40 tahun. Diketahui bahwa ledakan amarah bisa berakibat pada menurunnya kadar kolesterol baik (HDL) disertai peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) pada tubuh.

Kolesterol beredar dalam tubuh melalui aliran darah dengan bantuan molekul-molekul kooperatif yang disebut lipoprotein.

Kolesterol LDL merupakan lipoprotein yang memberi tumpangan kepada kolesterol untuk mengalir ke seluruh tubuh.

Sedangkan kolesterol HDL merupakan lipoprotein yang bertugas menangkap kolesterol untuk dikeluarkan dari tubuh. 

Ketika HDL rendah, maka kolesterol yang diangkut LDL menumpuk di dalam darah dan membentuk kerak di dinding pembuluh darah. 

Hal ini disebabkan karena sebagian kolesterol yang tidak tertangkap, berkeliaran di dalam darah dan berpotensi menempel di dinding pembuluh darah dan membentuk lapisan kerak .

Oleh sebab itu, tingginya kolesterol LDL harus diimbangi dengan kolesterol HDL juga. Semakin banyak HDL yang diproduksi tubuh, semakin sehat pula tubuh.

Masalahnya, bagi orang yang memiliki sifat pemarah, kadar HDL yang baik yang mereka miliki menurun drastis, sementara itu, kadar LDL yang justru meningkat. 

Hubungan antara amarah dan meningkatnya kolesterol ini diteliti oleh Aron Wolfe Siegman dari University of Maryland di Baltimore.

Ia menemukan bahwa rasa amarah memicu reaksi hormon-hormon tubuh seperti hormon adrenalin secara berlebihan. Reaksi inilah yang meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dalam darah.

Jika lemak jenuh dari makanan yang dikonsumsi bergabung dengan kolesterol akan sangat berbahaya.

Melalui peredaran darah, gabungan tersebut menyebar ke seluruh tubuh dan seringkali membentur dinding-dinding pembuluh darah.

Sebagian dari kolesterol yang membentur dinding pembuluh darah dapat menempel kuat pada dinding pembuluh darah. 

Semakin lama akan menebal dan mempersempit aliran darah sehingga aliran darah tersumbat.

Secara tidak langsung, hal tersebut juga berdampak terhadap kesehatan jantung. Aliran darah menuju jantung menjadi berkurang.

Dan yang lebih buruk lagi, seperti dijelaskan Mark Giuliucci dan Doug Dollemore bahwa proses mengerikan tadi disebut aterosklerosis yang dapat menyebabkan angina pektoris (nyeri dada) dan serangan jantung.
Para peneliti melakukan pengamatan terhadap kesehatan penduduk di Framingham, Massachusetts.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1940-an itu, mereka terus memantau apa saja makanan yang dikonsumsi para relawan dan memantau kesehatan mereka.

Hal yang paling menarik perhatian mereka adalah kolesterol. Meningkatnya kadar kolesterol dalam darah berbanding lurus terhadap meningkatnya resiko terkena penyakit jantung. Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dibanding perempuan.

Para peneliti di State University of New York, di Stony Brook, dan Oregon Health Sciences University di Portland meneliti 149 laki-laki dan 156 perempuan selama 5 tahun.

Mereka menyimpulkan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan berlemak lebih mudah marah dibanding orang yang tidak sering mengonsumsi lemak.

Orang yang terbiasa menghindari makanan berlemak menunjukkan sifat tidak mudah marah dan tidak mudah depresi. Para peneliti percaya bahwa semakin sedikit lemak dalam makanan, maka semakin baik juga suasana hati.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda. Terima kasih…..

ADS Bawah Judul

ADS Kw Mid Artikel

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Tengah Artikel 3

ADS Kw Bawah Artikel